Kamis, 01 Januari 2015

Makalah Teori Psikodinamika dan interaksionisme

BAB I
PENDAHULUAN

Teori merupakan  lawan dari fakta. Chaplin (2002) mendefinisikan  teori sebagai  “satu prinsip umum yang dirumuskan untuk menjelaskan sekelompok gejala yang berkaitan.
Didalam perkembangan manusia terdapat banyak teori , dan disini akan dijelaskan tentang teori Psikodinamika dan konsep teori interaksionisme.
Teori psikodinamik adalah teori yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Jadi perkembangan merupakan suatu  proses aktif   yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan yang dibawa sejak lahir serta pengalaman-pengalaman sosial dan emosional anak.
Sedangkan, teori interaksionisme di kemukakan oleh John Piaget yang menganggap perkembangan sepanjang waktu sebagai sebuah kemajuan tingkat.
Disini kita bisa memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa untuk lebih mengenal pada kondisi-kondisi yang tidak seharusnya dilakukan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Teori Psikodinamika
Teori Psikodinamik adalah teori yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang umumnya terjadi selama masa kanak-kanak dini. Para teoritis psikodinamik percaya bahwa perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa sejak lahir serta pengalaman-pengalaman social dan emosional mereka. Perkembangan seorang anak terjadi melalui serangkaian tahap. Pada masing-masing tahap, anak mengalami konflik-konflik internal yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap berikutnya. Teori psikodinamik dalam psikologi perkembangan banyak dipengaruhi Sigmund Freud dan Erik Erikson.
Mengenai perkembangan pada anak sendiri dapat di jelaskan beberapa macam perkembangan sebagai berikut, yaitu :

1.      Perkembangan Psikoseksual Freud
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamik. Teori yang dikemukakan Freud berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang. Penekanan Freud pada alam bawah sadar berasal dari hasil pelacakannya terhadap pengalaman-pengalaman pribadi para pasiennya, dimana ditemukan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi kehidupan pasien dimasa-masa selanjutnya. Impresinya terhadap pentingnya periode awal kehidupan manusia, yang informasinya kemudian tertanam dalam alam bawah sadar, bahwa informasi dalam alam bawah sadar  itu sangat penting, karena dari situlah muncul berbagai gangguan emosi.
Teori Psikodinamika memandang komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental bagi kepribadian dan perkembangan seseorang. Ketegangan yang dimiliki seseorang menjadi komponen penentu dinamika kepribadiannya (Monks, Knoer and Haditono, 2006). Manusia menurut psikoanalis digambarkan sebagai mahluk yang mempunyai naluri dan konflik batiniah (Jaali, 2008)
Deskripsi perilaku manusia menurut Freud mengikuti prinsip-prinsip berikut ini (Bischof, 1970)
a.       Prinsip Kesenangan (Pleasure Principle)
Setiap perbuatan didasari oleh keinginan untuk mencari kesenangan tanpa rasa sakit/luka. Ada motivasi dalam diri manusia untuk mencari kesenangan dan kegembiraan. Menurut prinsip kesenangan ini setiap kebutuhan harus segera dipenuhi.
Contohnya kebutuhan bayi untuk minum ASI.
b.      Prinsip Realitas (Reality Principle)
Berikutnya bahwa manusia dalam hidup tidak hanya untuk mencari kesenangan tetapi dibatasi oleh kenyataan dari dalam ataupun dari luar/lingkungan. Bahwa ada kesenangan yang harus ditunda/dibatasi oleh seseorang jika ingin mencapai kesenangan di masa depan.
c.       Prinsip Pengurangan Tekanan (Tension Reduction Principle)
Masih ada hubungan dengan 2 prinsip sebelumnya, manusia cenderung untk menghindari adanya tekanan. Manusia tidak selamanya bahagia, suatu saat dia dalam keadaan sedih atau tertekan. Saat itu manusia punya kebutuhan untuk mengurangi tekanan yang ada dalam dirinya.
d.      Prinsip Polaritas atau Dualitas
Semua dalam hidup ini dibedakan menjadi dua kutub karakteristik seperti contohnya berikut, Baik-buruk, Benar-salah, hidup-mati, positif-negatif. Kita dalam hidup kadang diberi pilihan yang sulit dan bertolak belakang dalam mengambil keputusan.
e.       Prinsip Dorongan Pengulangan (Compulsion Repetition Principle)
Manusia cenderung mengikuti kegiatan yang membawanya kepada keberhasilan .Manusia melakukan itu berulangkali sehingga menjadi kebiasaan dalam hidupnya.

Freud yakin bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur penting, yaitu id, ego, dan superego. Id merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan reservoir (gudang) energy psikis yang menyediakan seluruh daya untuk menggerakan kedua struktur kepribadian lainnya.
                           i.            Id adalah sistem energi yang fenomenal pada diri manusia yang dibawa sejak lahir. Id hanya mengikuti prinsip kesenangan untuk memenuhi keinginannya. Id bersifat murni tidak mengetahui tentang batasan, tidak tahu tentang hukum ataupun peraturan. Id ini muncul pada bayi yang baru lahir sampai usia 1 tahun (Bischof, 1970). Muncul rasa lapar dan haus mengakibatkan bayi berusaha mempertahankan keseimbangan hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan minuman.
                         ii.            Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut sebagai  “executive branch” (badan pelaksana) kepribadian, karena ego membuat keputusan-keputusan rasional.
Ego mulai muncul pada anak berumur 2 tahunan. Semakin sesuai ego dengan id individu tampak semakin berbahagia (Bischof, 1970). Ego berhubungan dengan kenyataan tetapi ego tidak mempertimbangkan moral. Misal ketika individu lapar secara realistis hanya diatasi dengan makan. Dalam hal ini ego mempertimbangkan cara memperoleh makanan dan mempertimbangan makanan tersebut layak atau tidak. Dengan demikian ego berfungsi untuk melibatkan proses kejiwaan yang bersifat sekunder.
 Menurut Baldwin (1967), fungsi ego adalah:
(1)   menahan penyaluran dorongan
(2)   mengatur desakan dorongan-dorongan yang sampai pada kesadaran
(3)  mengarahkan suatu perbuatan agar mencapai tujuan-tujuan yang dapat diterima,
(4)  berpikir logis,
(5) mempergunakan pengalaman emosi-emosi kecewa atau kesal sebagai tanda adanya sesuatu yang salah, yang tidak benar, sehingga dapat dikategorikan dengan hal-hal lain untuk memutuskan apa yang akan dilakukan sebaik-baiknya.
Perbedaan pokok antara id dan ego ialah bahwa id hanya mengenal realitas subjektif-jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.
                       iii.            Superego adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian. Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
Superego adalah bagian ketiga dari kepribadian seseorang. Seseorang yang berhasil mengembangkan superegonya kepribadiannya telah berkembang dengan penuh. Superego membuat keputusan mengenai sesuatu perbuatan itu baik atau buruk berdasarkan standar yang telah diterima oleh masyarakat (Bischof, 1970). Superego berkaitan dengan kesadaran seorang individu atau bisa juga dikatakan dengan hati nurani.Superego adalah aspek sosiologis dari kepribadian yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normatif. Superego ini terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu.
Menurut Hall dan Lindzey (1993), fungsi pokok superego ialah:
(1)                    Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif
(2)                    Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis
(3)                    Mengajar kesempurnaan.
Jadi, superego cenderung untuk menentang, baik id maupun ego, dan membuat dunia menurut gambarannya sendiri. Tetapi superego sama seperti id bersifat tidak rasional, dan sama seperti ego, melaksanakan control atas insting-insting. Berbeda dengan ego, superego tidak hanya menunda pemuasan insting, tetapi tetap berusaha untuk merintanginya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa id, ego dan superego adalah suatu konsep yang dikembangkan Freud untuk menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis (id), psikologis (Ego), dan social (Superego). Ketiga komponen kepribadian ini berkembang melalui tahap-tahap perkembangan psikoseksual. Freud menggunakan istilah “seksual” untuk segala tindakan dan pikiran yang memberi kepuasan dan kenikmatan, dan istilah “psikoseksual” digunakan untuk menunjukan bahwa proses perkembangan psikologis ditandai dengan adanya libido (energy seksual) yang dipusatkan pada daerah-daerah tubuh tertentu yang berbeda-beda.

2.      Perkembangan Psikososial Erikson
Erik Erikson (1902-1994) adalah salah seorang teoritis ternama dalam bidang  perkembangan rentang-hidup. Ia dipandang sebagai tokoh utama dalam teori psikoanalitik kontemporer. Hal ini cukup beralasan, sebab tidak ada tokoh lain sejak kematian Sigmund Freud yang telah bekerja dengan begitu teliti untuk menguraikan dan memperluas struktur psikoanalisis yang dibangun oleh Freud serta untuk merumuskan kembali prinsip-prinsipnya guna memahami dunia modern. Salah satu sumbangannya yang terbesar dalam psikologi perkembangan  adalah psikososial. Istilah “psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh social yang berinteraksi dengan suatu organism yang menjadi matang secara fisik dan psikologis (Hall & Lindzey, 1993).
Meskipun teori perkembangan kepribadian yang dirumuskan Erikson mempunyai kemiripan dengan teori Freud, namun dalam beberapa hal keduanya berbeda pendapat. Erikson misalnya, mengatakan bahwa individu berkembang dalam tahap-tahap psikososial, yang berbeda dengan tahap-tahap psikoseksual Freud. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia, sementara Freud berpendapat bahwa kepribadian  dasar individu dibentuk pada lima tahun  pertama kehidupannya. Disamping itu, dalam teori psikososial, Erikson lebih menekankan factor ego, sementara dalam teori psikoseksual, Freud lebih mementingkan id.
Menurut teori psikososial Erikson, kepribadian terbentuk ketika seseorang melewati tahap psikososial sepanjang hidupnya. Masing-masing tahap memiliki tugas perkembangan yang khas, dan mengharuskan individu menghadapi dan menyelesaikan krisis. Erikson melihat bahwa krisis tersebut sudah ada sejak lahir, tetapi pada saat-saat tertentu dalam siklus kehidupan, krisis menjadi dominan. Bagi Erikson, krisis bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan vulnerability (kerentanan) dan potensi. Untuk setiap krisis, selalu ada pemecahan yang negative dan positif. Pemecahan yang positif, akan menghasilkan kesehatan jiwa, sedangkan pemecahan yang negative akan membentuk penyesuaian diri yang buruk. Semakin berhasil seseorang mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangannya (santrock, 1998).
Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen, dan tiga tahap terakhir pada masa dewasa dan usia tua.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat kedelapan tahap perkembangan psikososial Erikson tersebut :
a.                  Tahap kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust versus mis-trust), yaitu tahap psikososial yang terjadi selama tahun-tahun pertama kehidupan. Pada tahap ini, bayi mengalami konflik antara percaya dan tidak percaya. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekhawatiran  akan masa depan. Pada saat itu, hubungan bayi dengan ibu sangat penting.
b.                  Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi versus shame and doubt), yaitu tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka  adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Pada tahap ini, bila orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak agar dapat berdiri di atas kedua kaki mereka sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak akan mampu mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan dan diri sendiri (otonom). Sebaliknya, jikaa orang tua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengalami rasa malu dan ragu-ragu.
c.                   Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiative  versus guilt), yaitu tahap perkembangan psikososial ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun prasekolah. Pada tahp ini, anak terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat dan suka menantang lingkungannya.
d.                  Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry versus inferiority), yaitu tahap perkembangan psikososial keempat yang berlangsung kira-kira pada tahun-tahun sekolah dasar. Pada tahap ini, anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan.
e.                       Tahap identitas dan kekacauan identitas (identity versus identity confusion), yaitu tahap perkembangan psikososial yang kelima yang berlangsung pada tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini anak dihadapkan pada pencarian jati diri.
f.                    Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus isolation), yaitu tahap psikososial keenam yang dialami individu selama tahun-tahun awal masa dewasa. Tugas perkembangan individ masa ini adalah membentuk relasi intim dengan orang lain.
g.                       Tahap generativitas dan stagnasi (generativity versus stagnation), yaitu tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa.
h.                       Tahap integritas dan keputusasaan (integrity versus despair), yaitu tahap perkembangan kedelapan yang dialami individu selama akhir masa dewasa.

B.       Konsep Teori Interaksionisme
Teoritikus yang terkenal adalah Piaget. Menurut, cara-cara berpikir tertentu sangat sederhana bagi seorang dewasa, tidaklah sesederhaana pemikiran yang dilakukan seorang anak. Terdapat batas-batas tertentu pada anak atas materi yang dapat diajarakan pada satu waktu tertentu dalam masa kehidupan anak tersebut.
Teori Piaget menganggap perkembangan sepanjang waktu sebagai sebuah kemajuan tingkat. Ia percaya bahwa semua orang muda melalui empat tingkat perkembangan  kognitif yang sama dalam masa perkembangannya. Selanjutnya, mereka melalui tingkat-tingkat yang sama dengan cara yang sungguh sama.
Empat tingkat perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget yaitu :
1.      Masa Bayi (Batita) : Tingkat Sensomotori
Periode perkembangan pada tingkat ini didasarkan pada informasi yang diperoleh dari indera (sensori) dan dari tindakan atau gerakan tubuh (motor) bayi. Prestasi terbesar bayi adalah kesadaran bahwa lingkungan benar-benar di luar jangkauannya, baik yang bayi mampi rasakan ayau tidak.
                        Prestasi besar kedua periode sensormotor adalah mukainya tindakan dengan tujuan terarah yang logis. Memikirkan mengenai benda yang akrab atau disenangi oleh bayi.
2.      Masa Anak-anak Awal : Tingkat Pra-Operasional
     Itelegensi sensormotor sangat tidak efektif untuk perencanaan ke depan atau mengingat informasi. Untuk itu anak memerlukan apa yang disebut Piaget sebagai operasi, atau tindakan yang dilakukan secara mental atau berani.
     Menurut Piaget, langkah awal tindakan berpikir adalah interalisasi tindakan. Pada akhir tingkat sensormotor anak dapat menggunakan banyak skema tindakan.
3.      Tingkat Operasional Konkrit
     Pada masa ini anak-anak bergerak maju berpikir secara logis. Piaget menggunakan kata operasional konkrit untuk mendiskripsikan tingkat pemikiran siap pakai ini. Krakter dasar tingkat ini adalah bahwasannya siswa mengetahui :
a.    Stabilitas logis dunia fisik
b.    Fakta bahwa elemen-elemen dapat diubah atau ditransformasikan dan tetap banyak menjaga banyak karakter aslinya
c.    Bahwa perubahan-perubahan ini di balik.




4.      Tingkat Operasional Formal
           Pada tingkat operasional formal, semua karakter operasi terdahulu terus menguat. Pemikiran formak adlah mampu membalik, internal, dan mampu terorganisir dalam sistem, bagian-bagian saling bergantung. Operasi formal mencakup apa yang biasa kita kenal sebagai alasan ilmiah. Hipotesa dapat dibuat dan eksperimen mentak berguna untuk mengujinya, dengan variabel yang diisolasi atau dikontrol.
                        Untuk jelasnya dibawah ini adalah tabel perkembangan kognitif versi Piaget:
Tingkat
Usia yang sesuai
Karakter
Sensomotor
0-2 tahun
Mulai menggunakan imitasi (meniru), memori, dan pikiran mulai mengetahui bahwa objek tidak sirna ketika hilang, berubahnya dari tindakan refleks menuju tindakan yang terarah
Pra-Operasional
2-7 tahun
Mulai berkembangan bahasa dan kemampuan berpikir dengan bentuk simbolis
Mampu memikirkan operasi secara logis
Memiliki kesulitan mengetahui sufut pandang orang lain
Operasional Konkrit
7-11 tahun
Mampu memecahkan masalah-masalah konkrit dengan cara logis
Memahami hukum perlindungan
Operasional Formal
11-15 tahun
Mampu memecahkan masalah abstrak dengan cara logis
Pemikiran menjadi lebih ilmiah
Mengembangkan terhadap isu-isu social










BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kepribadian menurut Freud terdiri dari struktur dasar Id, Ego dan Superego. Seorang anak yang baru lahir dibekali dengan Id yang mengikuti prinsip kesenangan semata. Setelah bayi menjadi lebih besar keinginannya harus berhadapan pada realita di sekitanya sehingga munculah apa yang disebut Ego yang mengikuti prinsip realitas. Kemudian karena pengaruh orang tua dan lingkungan sosial muncullah apa yang dinamakan super ego.
 Jika suatu saat pemenuhan ego terhambat seseorang menjadi cemas dan merasa tidak nyaman lalu secara tidak sadar muncullah apa yang dinamakan mekanisme pertahanan ego.
Id pada orang dewasa tersimpan dalam alam ketidaksadaran, dan superego ada dalam perilaku sadar manusia. Ego ada dalam wilayah sadar dan tidak sadar. Id secara tidak sadar membentuk kepribadian seseorang.
Sedangkan teori interaksionisme dikembangkan oleh teoritikus terkenal yang bernama Piaget, yang menganggap bahwa perkembangan sepanjang waktu sebagai sebuah kemajuan tingkat dan percaya bahwa semua orang muda melalui empat tingkat perkembangan  kognitif yang sama dalam masa perkembangannya, yaitu Masa Bayi (Batita) : Tingkat Sensomotori, Masa Anak-anak Awal : Tingkat Pra-Operasional, Tingkat Operasional Konkrit dan Tingkat Operasional Formal.



 Daftar Pustaka
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya