BAB I
PENDAHULUAN
Teori merupakan lawan dari
fakta. Chaplin (2002) mendefinisikan
teori sebagai “satu prinsip umum
yang dirumuskan untuk menjelaskan sekelompok gejala yang berkaitan.
Didalam perkembangan manusia terdapat banyak teori , dan disini akan
dijelaskan tentang teori Psikodinamika dan konsep teori interaksionisme.
Teori
psikodinamik adalah teori yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian.
Jadi perkembangan merupakan suatu proses
aktif yang sangat dipengaruhi oleh
dorongan-dorongan yang dibawa sejak lahir serta pengalaman-pengalaman sosial
dan emosional anak.
Sedangkan, teori interaksionisme di kemukakan oleh John Piaget yang menganggap perkembangan sepanjang waktu sebagai sebuah
kemajuan tingkat.
Disini kita bisa memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa untuk lebih mengenal
pada kondisi-kondisi yang tidak seharusnya dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Psikodinamika
Teori Psikodinamik
adalah teori yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian.
Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan
aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut,
yang umumnya terjadi selama masa kanak-kanak dini. Para teoritis psikodinamik
percaya bahwa perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat
dipengaruhi oleh dorongan-dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa
sejak lahir serta pengalaman-pengalaman social dan emosional mereka.
Perkembangan seorang anak terjadi melalui serangkaian tahap. Pada masing-masing
tahap, anak mengalami konflik-konflik internal yang harus diselesaikan sebelum
memasuki tahap berikutnya. Teori psikodinamik dalam psikologi perkembangan
banyak dipengaruhi Sigmund Freud dan Erik Erikson.
Mengenai perkembangan pada anak sendiri dapat di jelaskan beberapa macam
perkembangan sebagai berikut, yaitu :
1.
Perkembangan Psikoseksual Freud
Sigmund Freud
(1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamik. Teori yang dikemukakan Freud
berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian
seseorang. Penekanan Freud pada alam bawah sadar berasal dari hasil
pelacakannya terhadap pengalaman-pengalaman pribadi para pasiennya, dimana
ditemukan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak sangat
mempengaruhi kehidupan pasien dimasa-masa selanjutnya. Impresinya terhadap
pentingnya periode awal kehidupan manusia, yang informasinya kemudian tertanam
dalam alam bawah sadar, bahwa informasi dalam alam bawah sadar itu sangat penting, karena dari situlah
muncul berbagai gangguan emosi.
Teori Psikodinamika memandang
komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental bagi kepribadian dan
perkembangan seseorang. Ketegangan yang dimiliki seseorang menjadi komponen
penentu dinamika kepribadiannya (Monks, Knoer and Haditono, 2006). Manusia
menurut psikoanalis digambarkan sebagai mahluk yang mempunyai naluri dan
konflik batiniah (Jaali, 2008)
Deskripsi perilaku manusia menurut
Freud mengikuti prinsip-prinsip berikut ini (Bischof, 1970)
a.
Prinsip
Kesenangan (Pleasure Principle)
Setiap perbuatan didasari oleh keinginan untuk mencari kesenangan tanpa
rasa sakit/luka. Ada motivasi dalam diri manusia untuk mencari kesenangan dan
kegembiraan. Menurut prinsip kesenangan ini setiap kebutuhan harus segera
dipenuhi.
Contohnya kebutuhan bayi untuk minum
ASI.
b.
Prinsip
Realitas (Reality Principle)
Berikutnya bahwa manusia dalam hidup tidak hanya untuk
mencari kesenangan tetapi dibatasi oleh kenyataan dari dalam ataupun dari
luar/lingkungan. Bahwa ada kesenangan yang harus ditunda/dibatasi oleh
seseorang jika ingin mencapai kesenangan di masa depan.
c.
Prinsip
Pengurangan Tekanan (Tension Reduction Principle)
Masih ada hubungan dengan 2 prinsip
sebelumnya, manusia cenderung untk menghindari adanya tekanan. Manusia tidak
selamanya bahagia, suatu saat dia dalam keadaan sedih atau tertekan. Saat itu
manusia punya kebutuhan untuk mengurangi tekanan yang ada dalam dirinya.
d.
Prinsip
Polaritas atau Dualitas
Semua dalam hidup ini dibedakan menjadi dua kutub karakteristik seperti
contohnya berikut, Baik-buruk, Benar-salah, hidup-mati, positif-negatif. Kita
dalam hidup kadang diberi pilihan yang sulit dan bertolak belakang dalam
mengambil keputusan.
e.
Prinsip
Dorongan Pengulangan (Compulsion Repetition Principle)
Manusia cenderung mengikuti kegiatan yang membawanya kepada keberhasilan .Manusia melakukan itu berulangkali sehingga menjadi kebiasaan dalam hidupnya.
Freud yakin bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur
penting, yaitu id, ego, dan superego.
Id merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang
secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan
reservoir (gudang) energy psikis yang
menyediakan seluruh daya untuk menggerakan kedua struktur kepribadian lainnya.
i.
Id adalah sistem energi yang fenomenal pada diri manusia yang dibawa sejak
lahir. Id hanya mengikuti prinsip kesenangan untuk memenuhi keinginannya. Id
bersifat murni tidak mengetahui tentang batasan, tidak tahu tentang hukum
ataupun peraturan. Id ini muncul pada bayi yang baru lahir sampai usia 1 tahun
(Bischof, 1970). Muncul rasa lapar dan haus mengakibatkan bayi berusaha
mempertahankan keseimbangan hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan
minuman.
ii.
Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan
realitas. Ego disebut sebagai “executive branch” (badan pelaksana)
kepribadian, karena ego membuat keputusan-keputusan rasional.
Ego mulai muncul pada anak berumur 2
tahunan. Semakin sesuai ego dengan id individu tampak semakin berbahagia
(Bischof, 1970). Ego berhubungan dengan kenyataan tetapi ego tidak
mempertimbangkan moral. Misal ketika individu lapar secara realistis hanya
diatasi dengan makan. Dalam hal ini ego mempertimbangkan cara memperoleh
makanan dan mempertimbangan makanan tersebut layak atau tidak. Dengan demikian
ego berfungsi untuk melibatkan proses kejiwaan yang bersifat sekunder.
Menurut Baldwin (1967), fungsi ego adalah:
(1) menahan penyaluran dorongan
(2) mengatur desakan dorongan-dorongan yang
sampai pada kesadaran
(3) mengarahkan suatu perbuatan agar mencapai tujuan-tujuan yang dapat
diterima,
(4) berpikir logis,
(5) mempergunakan pengalaman emosi-emosi kecewa atau kesal sebagai tanda
adanya sesuatu yang salah, yang tidak benar, sehingga dapat dikategorikan
dengan hal-hal lain untuk memutuskan apa yang akan dilakukan sebaik-baiknya.
Perbedaan pokok
antara id dan ego ialah bahwa id hanya mengenal realitas subjektif-jiwa,
sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal
yang terdapat dalam dunia luar.
iii.
Superego adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian.
Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah,
sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh
masyarakat.
Superego adalah bagian ketiga dari
kepribadian seseorang. Seseorang yang berhasil mengembangkan superegonya
kepribadiannya telah berkembang dengan penuh. Superego membuat keputusan
mengenai sesuatu perbuatan itu baik atau buruk berdasarkan standar yang telah
diterima oleh masyarakat (Bischof, 1970). Superego berkaitan dengan kesadaran
seorang individu atau bisa juga dikatakan dengan hati nurani.Superego adalah
aspek sosiologis dari kepribadian yang isinya berupa nilai-nilai atau
aturan-aturan yang sifatnya normatif. Superego ini terbentuk melalui
internalisasi nilai-nilai dari figur-figur berperan, berpengaruh atau berarti
bagi individu.
Menurut Hall dan
Lindzey (1993), fungsi pokok superego ialah:
(1)
Merintangi
impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif
(2)
Mendorong
ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis
(3)
Mengajar
kesempurnaan.
Jadi, superego
cenderung untuk menentang, baik id maupun ego, dan membuat dunia menurut
gambarannya sendiri. Tetapi superego sama seperti id bersifat tidak rasional,
dan sama seperti ego, melaksanakan control atas insting-insting. Berbeda dengan
ego, superego tidak hanya menunda pemuasan insting, tetapi tetap berusaha untuk
merintanginya.
Dengan demikian
dapat dipahami bahwa id, ego dan superego adalah suatu konsep yang dikembangkan
Freud untuk menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis (id),
psikologis (Ego), dan social (Superego). Ketiga komponen kepribadian ini
berkembang melalui tahap-tahap perkembangan psikoseksual. Freud menggunakan
istilah “seksual” untuk segala tindakan dan pikiran yang memberi kepuasan dan
kenikmatan, dan istilah “psikoseksual” digunakan untuk menunjukan bahwa proses
perkembangan psikologis ditandai dengan adanya libido (energy seksual) yang
dipusatkan pada daerah-daerah tubuh tertentu yang berbeda-beda.
2.
Perkembangan Psikososial Erikson
Erik Erikson (1902-1994)
adalah salah seorang teoritis ternama dalam bidang perkembangan rentang-hidup. Ia dipandang
sebagai tokoh utama dalam teori psikoanalitik kontemporer. Hal ini cukup
beralasan, sebab tidak ada tokoh lain sejak kematian Sigmund Freud yang telah bekerja
dengan begitu teliti untuk menguraikan dan memperluas struktur psikoanalisis
yang dibangun oleh Freud serta untuk merumuskan kembali prinsip-prinsipnya guna
memahami dunia modern. Salah satu sumbangannya yang terbesar dalam psikologi
perkembangan adalah psikososial. Istilah
“psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa
tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh
pengaruh-pengaruh social yang berinteraksi dengan suatu organism yang menjadi
matang secara fisik dan psikologis (Hall & Lindzey, 1993).
Meskipun teori
perkembangan kepribadian yang dirumuskan Erikson mempunyai kemiripan dengan
teori Freud, namun dalam beberapa hal keduanya berbeda pendapat. Erikson
misalnya, mengatakan bahwa individu berkembang dalam tahap-tahap psikososial,
yang berbeda dengan tahap-tahap psikoseksual Freud. Erikson menekankan
perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia, sementara Freud
berpendapat bahwa kepribadian dasar
individu dibentuk pada lima tahun pertama
kehidupannya. Disamping itu, dalam teori psikososial, Erikson lebih menekankan
factor ego, sementara dalam teori psikoseksual, Freud lebih mementingkan id.
Menurut teori psikososial Erikson, kepribadian terbentuk ketika
seseorang melewati tahap psikososial sepanjang hidupnya. Masing-masing tahap
memiliki tugas perkembangan yang khas, dan mengharuskan individu menghadapi dan
menyelesaikan krisis. Erikson melihat bahwa krisis tersebut sudah ada sejak
lahir, tetapi pada saat-saat tertentu dalam siklus kehidupan, krisis menjadi
dominan. Bagi Erikson, krisis bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik
peningkatan vulnerability
(kerentanan) dan potensi. Untuk setiap krisis, selalu ada pemecahan yang
negative dan positif. Pemecahan yang positif, akan menghasilkan kesehatan jiwa,
sedangkan pemecahan yang negative akan membentuk penyesuaian diri yang buruk.
Semakin berhasil seseorang mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangannya
(santrock, 1998).
Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan
berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama
terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen,
dan tiga tahap terakhir pada masa dewasa dan usia tua.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat kedelapan tahap
perkembangan psikososial Erikson tersebut :
a.
Tahap
kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust
versus mis-trust), yaitu tahap psikososial yang terjadi selama tahun-tahun
pertama kehidupan. Pada tahap ini, bayi mengalami konflik antara percaya dan
tidak percaya. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah
kecil ketakutan serta kekhawatiran akan
masa depan. Pada saat itu, hubungan bayi dengan ibu sangat penting.
b.
Tahap
otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi
versus shame and doubt), yaitu tahap kedua perkembangan psikososial yang
berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Setelah
memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa
perilaku mereka adalah milik mereka sendiri.
Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Pada tahap ini, bila
orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak agar dapat berdiri di atas
kedua kaki mereka sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak
akan mampu mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan dan diri
sendiri (otonom). Sebaliknya, jikaa orang tua cenderung menuntut terlalu banyak
atau terlalu membatasi anak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan
mengalami rasa malu dan ragu-ragu.
c.
Tahap
prakarsa dan rasa bersalah (initiative versus guilt), yaitu tahap perkembangan
psikososial ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun prasekolah. Pada tahp
ini, anak terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat dan
suka menantang lingkungannya.
d.
Tahap
kerajinan dan rasa rendah diri (industry
versus inferiority), yaitu tahap perkembangan psikososial keempat yang
berlangsung kira-kira pada tahun-tahun sekolah dasar. Pada tahap ini, anak
mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan.
e.
Tahap
identitas dan kekacauan identitas (identity
versus identity confusion), yaitu tahap perkembangan psikososial yang
kelima yang berlangsung pada tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini anak
dihadapkan pada pencarian jati diri.
f.
Tahap
keintiman dan isolasi (intimacy versus
isolation), yaitu tahap psikososial keenam yang dialami individu selama
tahun-tahun awal masa dewasa. Tugas perkembangan individ masa ini adalah
membentuk relasi intim dengan orang lain.
g.
Tahap
generativitas dan stagnasi (generativity
versus stagnation), yaitu tahap perkembangan psikososial ketujuh yang
dialami individu selama pertengahan masa dewasa.
h.
Tahap
integritas dan keputusasaan (integrity
versus despair), yaitu tahap perkembangan kedelapan yang dialami individu
selama akhir masa dewasa.
B. Konsep
Teori Interaksionisme
Teoritikus yang terkenal adalah
Piaget. Menurut, cara-cara berpikir tertentu sangat sederhana bagi seorang
dewasa, tidaklah sesederhaana pemikiran yang dilakukan seorang anak. Terdapat
batas-batas tertentu pada anak atas materi yang dapat diajarakan pada satu
waktu tertentu dalam masa kehidupan anak tersebut.
Teori Piaget menganggap perkembangan sepanjang waktu
sebagai sebuah kemajuan tingkat. Ia percaya bahwa semua orang muda melalui
empat tingkat perkembangan kognitif yang sama dalam masa perkembangannya.
Selanjutnya, mereka melalui tingkat-tingkat yang sama dengan cara yang sungguh
sama.
Empat tingkat perkembangan kognitif yang dikemukakan
Piaget yaitu :
1.
Masa
Bayi (Batita)
: Tingkat Sensomotori
Periode perkembangan pada tingkat ini didasarkan pada
informasi yang diperoleh dari indera (sensori) dan dari tindakan atau gerakan
tubuh (motor) bayi. Prestasi terbesar bayi adalah kesadaran bahwa lingkungan
benar-benar di luar jangkauannya, baik yang bayi mampi rasakan ayau tidak.
Prestasi besar kedua periode sensormotor adalah mukainya tindakan dengan
tujuan terarah yang logis. Memikirkan mengenai benda yang akrab atau disenangi
oleh bayi.
2. Masa Anak-anak Awal : Tingkat Pra-Operasional
Itelegensi sensormotor sangat tidak
efektif untuk
perencanaan ke depan atau mengingat informasi. Untuk itu anak memerlukan apa
yang disebut Piaget sebagai operasi, atau tindakan yang dilakukan secara mental
atau berani.
Menurut Piaget, langkah awal
tindakan berpikir adalah interalisasi tindakan. Pada akhir tingkat sensormotor
anak dapat menggunakan banyak skema tindakan.
3. Tingkat Operasional Konkrit
Pada masa ini anak-anak bergerak maju berpikir secara logis. Piaget
menggunakan kata operasional konkrit untuk mendiskripsikan tingkat pemikiran
siap pakai ini. Krakter dasar tingkat ini adalah bahwasannya siswa mengetahui :
a.
Stabilitas
logis dunia fisik
b.
Fakta
bahwa elemen-elemen dapat diubah atau ditransformasikan dan tetap banyak
menjaga banyak karakter aslinya
c.
Bahwa
perubahan-perubahan ini di balik.
4.
Tingkat
Operasional Formal
Pada tingkat
operasional formal, semua karakter operasi terdahulu terus menguat. Pemikiran
formak adlah mampu membalik, internal, dan mampu terorganisir dalam sistem,
bagian-bagian saling bergantung. Operasi formal mencakup apa yang biasa kita
kenal sebagai alasan ilmiah. Hipotesa dapat dibuat dan eksperimen mentak
berguna untuk mengujinya, dengan variabel yang diisolasi atau dikontrol.
Untuk jelasnya dibawah ini adalah tabel perkembangan kognitif versi Piaget:
Tingkat
|
Usia yang sesuai
|
Karakter
|
Sensomotor
|
0-2 tahun
|
Mulai
menggunakan imitasi (meniru), memori, dan pikiran mulai mengetahui bahwa
objek tidak sirna ketika hilang, berubahnya dari tindakan refleks menuju
tindakan yang terarah
|
Pra-Operasional
|
2-7 tahun
|
Mulai
berkembangan bahasa dan kemampuan berpikir dengan bentuk simbolis
Mampu
memikirkan operasi secara logis
Memiliki
kesulitan mengetahui sufut pandang orang lain
|
Operasional Konkrit
|
7-11 tahun
|
Mampu
memecahkan masalah-masalah konkrit dengan cara logis
Memahami
hukum perlindungan
|
Operasional Formal
|
11-15 tahun
|
Mampu
memecahkan masalah abstrak dengan cara logis
Pemikiran
menjadi lebih ilmiah
Mengembangkan
terhadap isu-isu social
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepribadian menurut Freud terdiri
dari struktur dasar Id, Ego dan Superego. Seorang anak yang baru lahir dibekali
dengan Id yang mengikuti prinsip kesenangan semata. Setelah bayi menjadi lebih
besar keinginannya harus berhadapan pada realita di sekitanya sehingga munculah
apa yang disebut Ego yang mengikuti prinsip realitas. Kemudian karena pengaruh
orang tua dan lingkungan sosial muncullah apa yang dinamakan super ego.
Jika suatu saat pemenuhan ego terhambat
seseorang menjadi cemas dan merasa tidak nyaman lalu secara tidak sadar
muncullah apa yang dinamakan mekanisme pertahanan ego.
Id pada orang dewasa tersimpan dalam
alam ketidaksadaran, dan superego ada dalam perilaku sadar manusia. Ego ada
dalam wilayah sadar dan tidak sadar. Id secara tidak sadar membentuk
kepribadian seseorang.
Sedangkan teori interaksionisme dikembangkan oleh teoritikus
terkenal yang bernama Piaget, yang menganggap bahwa perkembangan sepanjang
waktu sebagai sebuah kemajuan tingkat dan percaya bahwa semua orang muda
melalui empat tingkat perkembangan kognitif yang sama dalam masa
perkembangannya, yaitu Masa Bayi (Batita) : Tingkat Sensomotori, Masa Anak-anak
Awal : Tingkat Pra-Operasional, Tingkat Operasional Konkrit dan Tingkat
Operasional Formal.
Daftar Pustaka
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya